Belajar Keteladanan dari Sosok HAMGA; Sebuah Catatan Jelang Musyda XI PD Muhammadiyah Takalar

Oleh Basuki Rahmat
Wakil Ketua PDM Takalar

Alhamdulillah jika tak ada halangan, warga Muhammadiyah Takalar akan menggelar perhelatan Musyawarah Daerah (Musyda) XI di Desa Bonto Rita, Kecamatan Galesong. Momen ini harus disyukuri oleh warga persyarikatan Muhammadiyah, khususnya para pengurus sebab bisa menyelesaikan satu periodeisasi kepengurusan.

Sebagai salah satu warga persyarikatan, juga bersyukur bisa ikut kembali menyaksikan dan merasakan langsung suasana permusyawaratan Muhammadiyah tertinggi di tingkat daerah.

Rasa syukur semakin bertambah, karena beruntung diberikan kesehatan untuk terlibat aktif sejak prosesi musyda ke V di Salaka 1991 lalu.

Sebagai sekretaris Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Takalar pada saat itu (1991 – 1993), telah mengenal dan berinteraksi dengan banyak tokoh Muhammadiyah. Diantara beberapa tokoh tersebut seperti H. Abdul Malik Gassing, H. Manggaukang Rowa, H. Muh. Taiyyeb Nai, HM. Idris Nassa, H. Abd. Majid Pali, H. Mustari Bosra, Sudirman Nompo, H. Suddin syamsi Dg. Lallo, HM. Akib Makkaraeng Kr. Ngilau, H. Muhtar Dg. Ngago, H. Suang, H. Muh. Djunaid, ust. Syarifuddin Sila, HM Ramli Beta, H Napsah Baso Dg Jarre dan banyak lagi tokoh-tokoh Muhammadiyah di Salaka, serta di beberapa Pimpinan Cabang Muhammadiyah di Takalar.

Tokoh lain yg sering disebut dan dicerita dalam berbagai kegiatan Muhamadiyah, Yakni H. Ahmad Dahlan Karaeng Sibali, Ketua Muhammadiyah sebelum H. Abdul Malik Gassing. Hanya saja dengan beliau (Karaeng Sibali), cuma sempat bertemu satu kali dirumah Beliau di Manongkoki. Tapi walaupun demikian, tetap menjadi kebanggaan tersendiri karena sempat bertemu dengan tokoh Muhammadiyah yang disegani dan dihormat.

Selain Karaeng Sibali, kami yang masih sangat muda di lingkaran tokoh Muhammadiyah, sering juga diperkenalkan sosok Tokoh Muhammadiyah berpengaruh yakni H. Makkaraeng Kr. Manjarungi.

Di kalangan Muhammadiyah, Beliau lebih dikenal dengan Karaeng Djarung. Beliau adalah Kakak kandung Karaeng Sibali, ayah kandung dari M. Qadar Makkaraeng Kr. Moncong (Ketua PCM Bajeng)
Ketokohan beliau berdua bersaudara bahkan menjadi catatan sejarah penting, masuk dan berkembangnya Muhammadiyah di Takalar, atas jasa dan perannya.

Beliau di mata kita adalah tokoh yang sangat berjasa dalam kehidupan bermuhammadiyah di Takalar,
Lewat beliau dan tokoh Muhammadiyah lain, ideologi Muhammadiyah masih menggema di Takalar sampai sekarang. Hal tersebut tentu saja membuat kita bangga bisa merasakan hasil dakwahnya hingga sekarang.

Kepada keduanya Karaeng Djarung dan Karaeng Sibali, yang memiliki kisah dan kiprah “heroik”, yang patut untk diketahui, pada saatnya nanti ada yang bisa mengangkat sisi lebih banyak dari teladan hidup Beliau. Termasuk tokoh Muhammadiyah lainnya, pada masanya.

Musyda V yang ditempatkan di Madrasah Diniyah Awaliyah Muhammadiyah Salaka, yang sejak berdirinya disebut sekolah arab, lalu disebut Ibtidiyah. sebuah lembaga pendidikan ke agamaan yg dibuka pembelajarannya menjelang shalat ashar (kurang lebih jam 14.00 – sampai sudah ashar). Disinilah anak-anak ditempa pendidikan dan pembelajaran Agama, dikenalkan huruf hijayah, praktek Ibadah dan Akhlak setiap hari.

Di tempat inilah H. Abdul Malik Gassing (HAMGA) terpilih kembali memimpin Muhammadiyah, tdk ada pemungutan suara. Secara aklamasi menyepakati untk melanjutkan kepemimpinan beliau.

H. Gassing yang lahir 17 Agustus 1933, memiliki rekam jejak, menurut orang yg pernah dekat dengannya sangat komplit.

Setidaknya, dalam catatan penulis, beliau

  1. Pernah mengenyam pendidikan Agama di Yogya, tempat Muhammadiyah didirikan, sdh barang tentu merasakan gairah dan berinteraksi dengan para tokoh Muhammadiyah
  2. Pernah menjadi bagian dari gerakan penegakkan syari’at yang menggunakan kekuatan fisik dan hukum. Mungkin mirip yg dilakukan oleh DITII (Darul Islam Tentara Islam Indonesia). Belakangan memang Beliau menjadi bagian penting dari gerakan DI/TII, sebagaimana tertuang dalam buku “Abdul Malik Gassing Dalam Kenangan”
  3. Memiliki kemampuan dengan gaya bahasa yg halus terutama bahasa makassar dalam menyampaikan pesan, nasehat, kritik dan bahkan ketidaksukaanya baik dalam kegiatan keseharian berinteraksi sebagai masyarakat maupun ketika harus menyampaikan secara formal melalui sambutan, pidato, ceramah atau dalam bentuk kesan dan pesan mewakili peserta dari sebuah kegiatan yg beliau ikuti.
  4. Memiliki retorika humor yg belum ada padannya sampai saat ini, sehingga setajam apapun penyampaian beliau, selalu diterima dengan baik.

HAMGA, yg dilekatkan pada diri beliau, seakan ingin mendekatkan kecintaan dan ketokohan warga dan Kader Persyarikatan khususnya di Takalar kepada sosok Tokoh Muhammadiyah yg dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional yakni H. ABDUL MALIK KARIM AMRULLAH (yang dikenal BUYA HAMKA).

Beliau meninggal ditahun terakhir periode kepungurusan PDM Takalar, hasil Musyda V tahun 1995. Beliau salah satu teladan diantara banyak tokoh Muhammadiyah.

Prof. Dr. HM. Din Syamsuddin MA. Ketua PP Muhammadiyah 2 periode (2005 – 2015) Ketika menjadi Ketua Dewan Pertimbagan MUI Pusat, menggagas perlunya keteladanan. Beliau kemudian mengatakan carilah keteladanan kepada para pemimpin, jika kamu tidak menemukannya, maka carilah pada sosok sekalipun sdh meninggal. Maka dipilihlah HAMKA sebagai sosok Tokoh yg memiliki banyak keteladanan untk diangkat dalam sebuah film.
Semoga mereka ,semua para Tokoh, Pemimpin Muhammadiyah bisa menjadi teladan disaat krisis teladan hidup para pemimpin saat ini.
(Wallahu a’lam)

Leave a Reply